Anda
heran mengapa ada orang yang begitu mudah berteman? Bahkan, ketika
sedang menunggu giliran masuk ke ruang dokter, misalnya, tiba-tiba Anda
menyadari teman Anda ini sudah ngobrol dengan semua orang di ruang
tunggu. Mereka bahkan saling menyebut nama dan ngobrol seolah dengan
teman lama.
Laura
Gilbert, penulis freelance di sejumlah media seperti Maxim, Health, The
Knot, dan Stuff, mengatakan, ada beberapa hal yang membuat orang mudah
berteman dengan orang yang baru dijumpai. Anda bisa mencuri kiat-kiat
yang mereka lakukan, lalu mengubah cara tersebut menjadi sifat-sifat
Anda yang alami.
1. Tersenyum dan melambaikan tangan
Apa salahnya melontarkan senyuman lebih dulu pada orang yang sedang berpapasan dengan Anda? Gengsi, karena orang itu yunior Anda di kantor? Atau takut dikira naksir? Sudahlah, buang jauh-jauh pikiran tersebut. Tak usah takut bila Anda memberi pesan bahwa Anda ingin ngobrol dengannya, atau ingin tahu siapa dia. Tersenyumlah, lambaikan tangan, anggukkan kepala, apa saja yang memberi kesan Anda orang yang ramah.
Apa salahnya melontarkan senyuman lebih dulu pada orang yang sedang berpapasan dengan Anda? Gengsi, karena orang itu yunior Anda di kantor? Atau takut dikira naksir? Sudahlah, buang jauh-jauh pikiran tersebut. Tak usah takut bila Anda memberi pesan bahwa Anda ingin ngobrol dengannya, atau ingin tahu siapa dia. Tersenyumlah, lambaikan tangan, anggukkan kepala, apa saja yang memberi kesan Anda orang yang ramah.
Bila
Anda bertemu seseorang yang tak dikenal, memberikan senyum juga akan
membuatnya tahu bahwa ia boleh bercakap-cakap dengan Anda. Coba cara ini
setiap kali Anda keluar dari rumah, misalnya, pada orang yang biasa
Anda temui di kereta komuter, ibu-ibu di sebelah Anda yang sedang
menawar harga barang di pasar, bahkan pada anak-anak yang sedang
bermain. Setelah terbiasa melontarkan senyum, hal ini akan menjadi
kebiasaan baru yang terjadi secara alami.
2. Membuka pembicaraan
Lagi-lagi, apa salahnya berbicara lebih pada orang yang belum Anda kenal? Setiap orang bisa saja menjawab pertanyaan, atau memberi respons pada komentar seseorang, tapi orang yang mudah berteman adalah yang biasa mengajak bercakap lebih dulu.
Lagi-lagi, apa salahnya berbicara lebih pada orang yang belum Anda kenal? Setiap orang bisa saja menjawab pertanyaan, atau memberi respons pada komentar seseorang, tapi orang yang mudah berteman adalah yang biasa mengajak bercakap lebih dulu.
Menurut
Susan RoAne, penulis How to Create Your Own Luck and What Do I Say
Next, rahasia orang yang mudah berteman adalah menganggap hal-hal di
sekitarnya sebagai peluang untuk mulai berbicara, dan bukannya menunggu
disapa.
Untuk
memecahkan keheningan atau suasana kaku dengan orang yang belum Anda
kenal, mulailah dengan orang-orang yang jarang Anda ajak bicara.
Misalnya, perempuan di antrean belakang Anda di konter check in bandara,
atau bahkan CEO perusahaan yang tidak pernah Anda jumpai sehari-hari.
Jangan menjadikan "tugas" ini sebagai beban. Tetap jadilah diri Anda
sendiri. "Anda harus nyaman saat melakukannya. Kalau Anda harus berpikir
apa yang harus dikatakan, Anda akan merasa ragu, dan momen itu akan
lenyap," kata RoAne.
3. Gunakan pertanyaan terbuka
Ngomong-ngomong, apa sih yang bisa menjadi bahan pembicaraan dengan orang yang baru dikenal? Cari topik yang sama-sama Anda ketahui atau Anda rasakan di sekitar Anda. Misalnya, soal cuaca yang panas, atau billboard iklan yang menampakkan wajah bintang favorit Anda. Atau, topik yang sedang hangat dibicarakan di siaran televisi, misalnya, tentang pembatasan kendaraan pada jam-jam sibuk, atau soal program sale di berbagai mal di Jakarta.
Ngomong-ngomong, apa sih yang bisa menjadi bahan pembicaraan dengan orang yang baru dikenal? Cari topik yang sama-sama Anda ketahui atau Anda rasakan di sekitar Anda. Misalnya, soal cuaca yang panas, atau billboard iklan yang menampakkan wajah bintang favorit Anda. Atau, topik yang sedang hangat dibicarakan di siaran televisi, misalnya, tentang pembatasan kendaraan pada jam-jam sibuk, atau soal program sale di berbagai mal di Jakarta.
Agar
pembicaraan tidak sekadar menjadi basa-basi, tanyakan pendapat teman
baru Anda itu. Lemparkan sebuah topik yang jawabannya akan lebih panjang
daripada sekadar "ya" dan "tidak". Misalnya, Anda sedang berbelanja di
supermarket. Ketimbang hanya mengatakan, "Waduh, mahalnya...", lebih
baik tunjukkan kepedulian Anda dengan mengatakan, "Ya ampun, kayak gini
harganya Rp 100.000? Apanya yang bikin mahal? Memangnya ini merek
terkenal, ya?"
4. Berhenti bicara pada waktunya
Tidak ada orang yang senang mendengarkan orang lain yang hanya membicarakan dirinya sendiri. Maka, Anda harus tahu kapan harus berhenti dan memberi kesempatan orang tersebut bicara. Jangan lupa, setiap orang pasti senang bila dianggap memiliki pengetahuan yang luas. Tak usah meminta pendapatnya soal kebijakan pemerintah mengenai sesuatu hal. Saat Anda berada di kedai kopi, misalnya, coba minta pendapat orang di sebelah Anda, apa minuman yang cocok untuk Anda yang sebenarnya tak begitu suka kopi. Ia pasti akan senang memberitahukan informasi tersebut pada Anda.
Tidak ada orang yang senang mendengarkan orang lain yang hanya membicarakan dirinya sendiri. Maka, Anda harus tahu kapan harus berhenti dan memberi kesempatan orang tersebut bicara. Jangan lupa, setiap orang pasti senang bila dianggap memiliki pengetahuan yang luas. Tak usah meminta pendapatnya soal kebijakan pemerintah mengenai sesuatu hal. Saat Anda berada di kedai kopi, misalnya, coba minta pendapat orang di sebelah Anda, apa minuman yang cocok untuk Anda yang sebenarnya tak begitu suka kopi. Ia pasti akan senang memberitahukan informasi tersebut pada Anda.
Bila
suatu saat Anda berkesempatan membuka obrolan dengan seseorang yang
baru Anda kenal, lontarkan sedikitnya tiga pertanyaan. Hal itu akan
memberikan celah pada orang lain untuk terbuka pada Anda, dan merasa
dihargai. Ketika mereka merasa dihargai, mereka pasti akan berusaha
ngobrol lebih banyak bersama Anda.
Categories: